Kisah Sahabat yang Meributkan Perkara Khilafiyah
Khilafiyah
Sering kita melihat perkara khilafiyah ini memberikan gambaran kepada kita misalnya kisah perjalanan sahabat ke Bani Quraizhah setelah perang khandaq, lalu Nabi Muhammad SAW berkata kepada mereka "jangan sekali-kali kalian shalat ashar kecuali di Bani Quraizhah", kemudian berangkatlah mereka, di tengah perjalanan matahari sudah mau terbenam sedangkan jarak ke Bani Quraizhah masih separuh perjalanan lagi lalu sebagian pasukan mengatakan "yuk kita berhenti sebentar untuk melaksanakan shalat ashar dahulu, karena matahari sudah mau terbenam" sedangkan kata sebagian pasukan lagi "tidak, tadi Nabi perintahkan kepada kita untuk jangan sekali-kali shalat ashar kecuali di Bani Quraizhah" lalu kata sebagian lagi, menanggapi "maksud Nabi berkata seperti itu agar kita cepat-cepat menuju kesana, namun kalau tidak sempat, shalatlah tepat waktu" dan akhirnya kedua golongan ini melaksanakan shalat ashar secara terpisah, yang satu golongan shalat ashar sebelum matahari terbenam, dan yang satu golongan lagi melaksanakan shalat ashar ketika sudah sampai di Bani Quraizhah (pada saat itu sudah masuk waktu isya).
Nah, ketika Rasulullah SAW sampai di Bani Quraizhah maka mereka saling melaporkan kejadian ini kepada beliau, yang melaksanakan shalat ashar di Bani Quraizhah mengatakan bahwa golongan yang lain tidak taat kepada Baginda Rasulullah karena tidak shalat ashar di Bani Quraizhah melainkan shalat di tengah perjalanan, lalu kata mereka yang shalat di tengah perjalanan "dari pada mereka ya Rasulullah shalat ashar kok ba'da isya". lalu Rasulullah SAW berkata "tidak apa-apa".
Antara Dalil Hadist dan Dalil Al-Quran
Kita melihat dari kisah tersebut bahwa ini perdebatan yang sangat serius, yang satu memegang dalil hadist Nabi untuk melaksanakan shalat di Bani Quraizhah, yang satu lagi memegang dalil Al-Qur'an yang mengatakan "Sesungguhnya shalat itu bagi orang-orang mukmin adalah kewajiban yang di tentukan waktunya atas orang-orang yang beriman (QS. An-Nisa' 103)".
Kedua dalil ini sangat tegas tidak ada keraguan daripadanya, tidak multitafsir. dan kedua golongan ini tetap berpegang dengan pemahamannya masing-masing, lalu apa sabda Nabi terhadap mereka ?? yakni "tidak apa-apa".
Jangan-jangan apa yang kita ributkan selama ini ketika berjumpa dengan Rasulullah SAW nanti lalu beliau berkata "tidak apa-apa, siapa juga yang nyuru meributkan-ributkan perkara ini", hehe
Al-Qur'an dan Sunnah adalah pedoman umum kita dalam menjalankan kehidupan didunia ini, untuk itu perlunya kita mempelajari penjelasan para ulama terdahulu tentang perkara-perkara yang sering kita ributkan dan menyikapinya secara proporsional.
Kisah Imam As-Sya'bi
Agama ini mengatur segala perkara itu dengan proposional
"...Allah menghendaki kepadamu kemudahan bukan kesulitan ... (QS. Al-Baqarah 185)"
dan ini adalah kaidah emas dalam beragama.
Waallahu a'lam
Posting Komentar